Kisah Bayi Perempuan yang Disangka Lelaki

Written By Unknown on Kamis, 21 November 2013 | 11.26

TRIBUNLAMPUNG.co.id - Mulanya Hasyim Asy'ari (40) dan istrinya, Anik Sriningsih (36) yakin sekali anak ketiga mereka yang baru lahir adalah perempuan. Tapi selang beberapa bulan mereka mulai ragu, karena klitoris bayi itu tumbuhnya tidak normal. Sekilas mirip penis dan menghitam, meski tanpa skortum (buah zakar).

Saat hamil ketiga, Anik tak terlalu berharap anaknya itu harus laki-laki atau perempuan. Yang penting sehat. Soalnya, pasangan ini sudah punya anak laki-laki (si sulung), sedangkan yang nomor dua perempuan. Pasangan ini sangat bergembira, karena sang bayi lahir secara normal dan sehat. Kulitnya putih bersih. Tapi setelah beberapa bulan, bayi yang kini berumur setahun dua minggu itu makin membuat galau orang tuanya, karena pertumbuhan klitorisnya yang tak normal.

Untuk memastikan kelamin si bayi yang sebut saja bernama "Rina" itu, Hasyim dan istrinya ingin anaknya menjalani tes kromosom. Setelah tes dilakukan, dokter memastikan bahwa bayi itu memang perempuan. Cuma Rina mengalami ambiguous genitalia (ketidakpastian genital).

Dokter ahli endokrin yang menangani anaknya itu mengatakan bahwa Rina mengalami Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH) yaitu kelainan bawaan yang disebabkan kelainan kromosom dan gen. Imbasnya menyebabkan kegagalan produksi hormon oleh korteks kelenjar adrenal yang mengalami penebalan atau pertumbuhan berlebihan (hiperplasia) sejak dalam kandungan.

Saat ditanyai Serambi (Tribunnews.com Network) di Banda Aceh, Rabu (20/11/2013) kemarin, Hasyim mengaku mulai curiga anak ketiganya itu mengalami kelainan, setelah sebulan dilahirkan Rina selalu memuntahkan semua minuman yang masuk ke mulutnya, sehingga ia dehidrasi. Seiring dengan itu vaginanya menghitam dan klitorisnya membesar. Kondisinya makin hari makin memburuk dan menyebabkan Rina drop.

"Saat itu saya mondar-mandir ke rumah sakit untuk urus Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Namun, tidak ada jawaban pasti yang saya dapatkan dari dokter anak saat itu. Mereka pun kurang mengetahui terkait kondisi anak saya dan dirujuk ke Medan," tutur Hasyim.

Ia dan istri tak menyangka putri bungsunya itu bernasib demikian. Padahal, saat dikandung ibunya, tak ada keganjilan apa pun yang dirasakan Anik.

"Kami menganggap ini semua ujian dan amanah dari Allah. Maka apa yang kita jalani sekarang tidak terasa berat," ujar Hasyim didampingi istrinya, Anik.

Menurut dokter yang menangani anaknya di Medan, kata Hasyim, apabila dalam waktu dua sampai tiga tahun klitoris Rina tidak tumbuh normal, maka harus dioperasi.

Operasi pastilah memerlukan biaya yang tidak sedikit. Lelaki yang berprofesi sebagai pelatih bola ini mengaku karena persepakbolaan Indonesia kini sedang lesu, maka berdampak pada perekonomian keluarganya. Oleh sebab itu, ia dan istri berusaha agar anaknya dapat sehat tanpa operasi.

"Sakit yang dialami anak saya ini tidak ditanggung oleh JKA, karena jenis sakitnya tidak termasuk dalam daftar penyakit yang ditanggung JKA," ungkapnya.

Selama ini biaya yang dikeluarkannya juga tidak sedikit, untuk memastikan apa sebenarnya jenis kelamin Rina kala itu. Untuk tes kromosom yang sampelnya dikirim ke Amerika Serikat biayanya Rp 4 juta, karena di Indonesia belum ada tes kromosom.

Tiap tiga bulan sekali Rina juga harus dibawa orang tuanya ke Medan untuk cek ulang, meliputi: periksa darah, 17 OHP naik apa tidak klitorisnya. Untuk setiap periksa darah dibutuhkan biaya sekitar Rp 1 juta. Sedangkan obat yang dikonsumsinya berupa hydrocortisone dan florinef harus didatangkan dari Australia, karena di Indonesia belum
diproduksi.

"Obat yang dikirim bertahan dua sampai tiga bulan, setelah itu sebelum habis harus kita pesan lagi karena obat yang dikonsumsi anak saya tidak boleh terputus," tuturr Hasyim.

Untuk dua jenis obat ini, biaya yang dikeluarkannya sekitar Rp 800 ribu. Agar gizi sang anak tercukupi, maka harus mengkonsumsi ASI ditambah susu formula. Namun, susu formulanya harus khusus, yaitu Neosure 400 gram seharga Rp 136 ribu sampai Rp 140 ribu, dan hanya dapat dikonsumsi sampai lima hari.

Saat ini kondisi kesehatan Rina sedang drop, karena satu jenis obat yang selalu dikonsumsinya, yakni florinef sedang dalam perjalanan dari Australia ke Banda Aceh.

"Apabila tidak ada obat yang dia konsumsi, maka klitorisnya membesar, membentuk penis, dan seluruh kulit tubuhnya menghitam," urai Hasyim.

Sekarang Rina juga sedang flu dan batuk ditambah lagi dengan sakit yang dialaminya selama ini.

"Jadinya ia sering nangis dan rewel," tutur pelatih bola yang sempat melatih pemain nasional, Markus Horison dan Gaston Castano ini. Hasyim berharap, ada pihak yang rela membantu meringankan beban anaknya, mengingat JKA tidak menanggung pengobatan untuk kelainan alat genital seperti itu. (mawaddatul husna)


Anda sedang membaca artikel tentang

Kisah Bayi Perempuan yang Disangka Lelaki

Dengan url

http://lampungposting.blogspot.com/2013/11/kisah-bayi-perempuan-yang-disangka.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Kisah Bayi Perempuan yang Disangka Lelaki

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Kisah Bayi Perempuan yang Disangka Lelaki

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger