Laporan Wartawan Tribun Lampung Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA- "aku adalah krakatau//tumbuh beribu abad//bersama lahirnya bumi//yang dijaga lautan//dijaga hutan dan alam//dijaga langit dan awal//dijaga angin dan udara//dijaga panas dan matahari//dijaga kedamaian rembulan.
Itulah penggalan puisi seniman, pelukis dan penyair asal Kota Kebang Bandung kelahiran Kalianda, Diro Aritonang yang berjudul "Aku adalah Krakatau" puisi tersebut merupakan salah sat puisi karya Diro yang termuat dalam antologi puisi karyanya yang berjudul The Song of Krakataoa (Dendang Krakatau).
Buku antologi puisi tersebut merupakan kumpulan puisi Diro Aritonang tentang Gunung Krakatau. Dalam puisi-puisinya, Diro mencoba menkonstruksi peristiwa letusan mahadahsyat Gunung Krakatau 1883 silam. Namun dalam beberapa puisinya, ia juga mencoba mengenalkan dan mengingatkan kita tentang keberadaan Anak Gunung Krakatau yang muncul dibekas letusan di masa silam.
"Kumpulan puisi The Song of Krakatoa sebagai hasil perenungan dan pencarian sejarah tentang letusan gunung tersebut di masa silam. Ada beberapa puisi saya tulis dengan gaya tulisan reportase jurnalistik," kata Diro, Kamis (28/8).
Hadirnya buku antologi puisi Diro Aritonang "The Song of Krakatoa" memberikan khasanah tentang Gunung Krakatau di masa silam dan Anak Gunung Krakatau yang ada saat ini. Terutama dalam bentuk karya sastra.(dedi/tribunlampung)
Anda sedang membaca artikel tentang
Diro Aritonang Hadirkan "The Song of Krakatoa"
Dengan url
http://lampungposting.blogspot.com/2014/08/diro-aritonang-hadirkan-song-of-krakatoa.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Diro Aritonang Hadirkan "The Song of Krakatoa"
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Diro Aritonang Hadirkan "The Song of Krakatoa"
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar