Ekonomi Membaik Kejahatan Meningkat

Written By Unknown on Senin, 02 September 2013 | 11.27

TRIBUNLAMPUNG.co.id  - Suka tidak suka, data menyebutkan, perekonomian Lampung dari waktu ke waktu, terus membaik. Selama dua tahun terakhir ini, tingkat pertumbuhan ekonomi di Bumi Ruwa Jurai bahkan selalu mencatatkan angka fantastis di atas enam persen. Khusus tahun 2012, ekonomi Lampung bahkan tumbuh (6,48 persen) melebihi angka pertumbuhan secara nasional (6,23 persen).

Hebatnya, ke depan, meski secara nasional krisis sedang melanda, ekonomi Lampung tetap diperkirakan cerah sumringah. Bank Indonesia (BI) memprediksi, ekonomi Lampung triwulan III tahun 2013 ini bakal tumbuh di kisaran 5,7-6,2 persen (year on year) atau stabil dibanding triwulan sebelumnya.

Humas Kantor Perwakilan BI Lampung Nunu Hendrawanto, Sabtu (31/8), mengatakan, ke depan kegiatan konsumsi masih akan tumbuh cukup tinggi. Demikian pula investasi yang terlihat dari tingginya pertumbuhan kredit investasi dan rencana investasi kegiatan dunia usaha.

Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh pertumbuhan sektor non-tradable, seperti sektor perdagangan, hotel, restoran, bangunan, serta jasa-jasa. Sektor industri pengolahan juga diperkirakan tumbuh cukup tinggi (baca halaman 3).

Secara teori, menanjaknya angka pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan mengerek tingkat pembangunan ekonomi masyarakatnya, dan selanjutnya tindak kejahatan juga menurun. Tapi ironisnya, fakta di lapangan tidak seindah teori itu. Faktanya, bagusnya pertumbuhan ekonomi di Bumi Ruwa Jurai berbanding terbalik dengan tingkat kriminalitas yang semakin tinggi, sementara tingkat kesejahteraan penduduk relatif datar-datar saja alias stagnan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi di Lampung pada 2011 tercapai sebesar 6,43 persen. Setahun kemudian, tahun 2012, angkanya meningkat menjadi 6,48 persen. Masuk tahun 2013, pertumbuhan pada triwulan II mencapai 5,98 persen (yoy) atau meningkat, meski sedikit, dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang 5,82 persen (yoy).

Masih versi BPS, bersama pertumbuhan ekonomi yang membaik, penduduk miskin di Lampung tak lantas berkurang. Pada tahun 2012 dan 2013, jumlah penduduk miskin relatif tetap, yakni pada kisaran 14-15 persen (sekitar 1,1 juta-1,2 juta jiwa) dari total penduduk yang sekitar 7,8 juta jiwa.

Kriminal Naik Dua Kali

Berbeda dengan angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan angka kemiskinan yang stagnan, belakangan tindak kriminalitas malah melonjak, bahkan nyaris dua kali lipat. Laporan masyarakat yang dihimpun Kepolisian Daerah (Polda) Lampung dan seluruh jajarannya, tindak kriminalitas pada 2012 tercatat 1.833 kasus. Angka itu meliputi kejahatan pencurian dengan kekerasan (curas), pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian kendaraan bermotor (curanmor), dan penyalahgunaan senjata api.

Masuk tahun 2013, angka kejahatan naik drastis. Pada semester I saja, tindak kejahatan yang terjadi di Bumi Ruwa Jurai dan dilaporkan ke Polda Lampung, telah mencapai 1.827 kasus. Artinya, meski baru berjalan satu semesteer atau enam bulan (Januari-Juni), kejahatan tahun 2013 ini hampir sama dengan angka kejahatan selama setahun pada 2012 (1.833 kasus).

Menurut Pengamat Ekonomi dari Universitas Bandar Lampung (UBP) Erwin Octavianto, di atas kertas, tingginya pertumbuhan ekonomi suatu daerah seharusnya berbanding terbalik dengan tingkat kriminalitas di masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, seharusnya memberi dampak positif terhadap tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi, maka angka kriminalitas pun seharusnya semakin sedikit.

"Kalau yang terjadi sebaliknya, itu artinya capaian ekonomi yang tumbuh tinggi tersebut tidak tersebar secara merata di masyarakat. Ada kesenjangan ekonomi dan disparitas tingkat kesejahteraan yang lebar di masyarakat, sehingga muncul aksi kejahatan," kata Erwin, Minggu (1/9).

Koordinator Bidang Kerjasama Penelitian Ekonomi Wilayah Pusat Studi Kota dan Daerah (PSKD-UBL) ini menambahkan, tingkat kriminalitas selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari struktur ekonomi masyarakat. Karena itu, adanya lonjakan angka kriminalitas yang sejalan dengan tingginya pertumbuhan ekonomi semakin menegaskan bahwa akses ke sumber ekonomi dan pengelolaannya di Lampung hanya dikuasai oleh segelintir orang.

Serap Tenaga Kerja
Menurut Erwin, fenomena angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan tingkat kejahatan yang juga tinggi, biasanya terjadi di kota-kota besar. Sebagai daerah yang masih mengandalkan sumber ekonomi di bidang pertanian, kata Erwin, Lampung mestinya bisa lebih memeratakan kesejahteraan masyarakatnya. "Kalau penduduknya banyak yang sejahtera, angka kriminalitas pasti akan menurun.

Penurunan angka kejahatan juga bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi semakin tinggi. Jadi memang ada hubungan timbal  balik antara pertumbuhan ekonomi, tingkat kesejahteraan, dan kriminalitas," katannya.

Menurut Erwin, angka pertumbuhan yang mencapai 6 persen menunjukkan capaian sektor ekonomi yang tidak main-main. Dengan angka pertumbuhan sebesar itu, banyak bidang ekonomi yang mengalami kemajuan pesat di Lampung. Erwin memberi ilustrasi, setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen per tahun, setidaknya menyumbang tenaga kerja sebanyak 100 ribu-300 ribu orang di berbagai sektor. "Mulai dari perdagangan, transportasi, akan mengalami penambahan tenaga kerja hingga 300 ribu orang setiap tahun," imbuhnya.

Dengan demikian, kata Erwin, jika kondisi keamanan Lampung semakin terjamin dan angka kriminialitas kecil, banyak sektor usaha di yang tumbuh dan berkembanga "Kondisi tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang bisa lebih tinggi lagi," paparnya.
Hukum Bisa Kewalahan

Meningkatnya angka kriminalitas memiliki pengaruh erat dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Akademisi Fakultas Hukum (FH) Universitas Lampung (Unila) Heni Siswanto mengatakan, aspek hukum merupakan sentral di antara lima unsur sosial kemasyarakat, yakni aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

"Dengan adanya kepastian hukum, aspek-aspek lain bisa berjalan. Meskipun menjadi sentral, hukum akan tetap kewalahan apabila tidak diimbangi dengan empat aspek lain. Kelima aspek itu saling terkait," ungkap Heni, Rabu (28/8).
Menurut Heni, peningkatan kriminalitas dapat diprediksi pada bulan-bulan tertentu. Misalnya, waktu pembayaran iuran sekolah ataupun menjelang hari raya. Merujuk contoh tersebut, peningkatan kriminalitas terjadi karena capaian ekonomi masyarakat yang masih berbeda.

"Karena ada kebutuhan untuk memenuhi sesuatu, sementara kemampuan ekonominya tidak mencukupi, akhirnya tindak kriminalitas menjadi pilihan. Ini memperlihatkan, kejahatan terjadi karena aspek ekonomi," kata Heni.
Hal ini juga menjadikan penanggulangan kriminalitas tidak bisa hanya dilakukan secara represif dengan melakukan penangkapan. Heni menjelaskan, kriminalitas akan tetap terjadi selama persoalan ekonomi belum terselesaikan.

"Yang terjadi kan, munculnya fluktuasi ekonomi memengaruhi hukum. Jadi, penyelesaiannya tidak bisa hanya secara hukum. Tetapi, soal ekonominya harus dibenahi dahulu," tutur Heni.

Ubah Kemampuan Masyarakat
Menjadi tugas pemerintah untuk mengubah kemampuan ekonomi masyarakat, misalnya melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Apabila hal tersebut berhasil, dengan adanya peningkatan ekonomi masyarakat, kriminalitas dapat ditekan. "Pelaku kejahatan mungkin tak punya niat tetapi ada peluang. Akhirnya, terjadi kejahatan. Tanggung jawab negara untuk berkontribusi menyejahterakan masyarakat.

Contoh pada musim kemarau, tanaman habis dan petani tidak bisa panen. Padahal, ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Di sini, kejahatan ekonomi bisa muncul. Peran pemerintah untuk membantu petani yang tidak tidak bisa panen itu mampu mengurangi kejahatan," jelas Heni.

Sementara dalam upaya penanggulangan kriminalitas pada aspek hukum, Heni memaparkan, penegak hukum harus lebih mengedepankan pencegahan dibandingkan penangkapan. "Ini yang masih berjalan terpisah. Aparat keamanan dan masyarakat belum ada kesatuan. Padahal, kerja sama yang baik antara penegak hukum dan masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah kriminalitas," terang Heni.

Selama ini, Heni mengatakan, penegak hukum cenderung hanya menangani perkara kejahatan. Hal ini justru menjauhkan penegak hukum dari masyarakat. Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan sulit tercipta.

"Bahkan, jadi tidak peduli. Mereka cuma memikirkan, yang penting saya selamat. Misal ada kecelakaan lalu lintas, masyarakat takut menjadi saksi. Karena akan ditanya macam-macam oleh polisi. Ini kan memperlihatkan peran masyarakat rendah. Padahal, peran masyarakat sangat besar dalam pencegahan kriminalitas," ucap Heni.(rid/her)
 


Anda sedang membaca artikel tentang

Ekonomi Membaik Kejahatan Meningkat

Dengan url

http://lampungposting.blogspot.com/2013/09/ekonomi-membaik-kejahatan-meningkat.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Ekonomi Membaik Kejahatan Meningkat

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Ekonomi Membaik Kejahatan Meningkat

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger