Sejuk dan Hamparan Tebu saat Masuki SGC

Written By Unknown on Rabu, 12 Desember 2012 | 11.26

TRIBUNLAMPUNG.co.id - Ketika menyebut nama Sugar Group Companie (SGC), orang mungkin  langsung berpikir pada sebuah produk bernama "Gulaku".

Ya, sebuah merek dagang hasil produksi PT SGC yang diambil sesuai nama komoditas aslinya, gula.

PT Sugar Group Company yang didaulat sebagai perusahan penyumbang 30 persen gula nasional ini berdiri diatas lahan seluas 65 ribu hektar yang terdiri dari areal perkebunan tebu dan areal perusahaan tempat pengolahan gula. Lokasinya tersebar di dua wilayah, yakni di Tulangbawang dan Lampung Tengah.

PT SGC sendiri terbagi dalam empat anak perusahaan, di antaranya PT Gula putih mataram (GPM), PT Sweet Indo Lampung (SIL), PT Indo Lampung Perkasa (ILP), dan PT Indo Lampung Distilerry (ILD).

Bagi orang yang baru pertama kali mengunjungi areal perkebunan tebu milik PT SGC, kesan pertama yang ditangkap ketika memasuki areal perkebunan adalah sejuknya pepohonan dan hijaunya tanaman tebu yang menghampar luas.

Namun siapa sangka, di tengah luasnya hamparan tanaman tebu itu, di areal perkebunan yang berlokasi di PT Gula Putih Mataram (anak perusahaan SGC) ternyata berdiri bangunan sekolah cukup mewah dan megah yang bertaraf internasional.

Sekolah Sugar Group Company namanya. Sekolah yang berada satu kompleks dengan perumahan karyawan PT SGC ini terdiri dari tiga gedung, diantaranya SD, SMP, dan SMA.

Kemewahan sekolah yang berada persis di tengah areal kebun tebu itu disaksikan langsung kru Tribun lampung ketika berkunjung ke PT Gula Putih Mataram dalam rangka silaturahmi dengan Ditektur Utama PT SGC Fauzi Toha dan jajaran manajer PT SGC pada Rabu (05/12/12) pekan lalu.
Kemewahan sekolah yang berdiri diatas lahan sekitar 5 hektar itu tak ubahnya seperti sekolah kalangan menengah atas yang berada di kota besar.

Sekolah itu ibangun sekitar tahun 2005 lalu, dan hanya diperuntukkan bagi anak-anak para karyawan dan buruh Perusahaan Sugar Group.

Tidak ada pembedaan anak-anak yang bersekolah di situ, apakah itu anak staf manajer atau hanya anak seorang buruh harian. Yang menyamakan mereka adalah prestasi belajar.

"Anak-anak yang sekolah di SGC adalah anak para karyawan mulai tingkat buruh hingga level manajer. Tidak ada pembedaan disini. Kita sekolahkan disini karena kita ingin membalas budi para orang tuanya sebagai karyawan SGC, mulai dari tenaga operator, driver, buruh harian, maupun manajer. Karena anak-anak inilah nantinya yang akan mengangkat derajat orang tuanya. Kelak mereka yang akan menggantikan orang tuanya," ujar Direktur Utama PT SGC Fauzi Toha, dalam pemaparannya dihadapan kru Tribunlampung pekan lalu.

Menjadi suatu kebahagiaan bagi para pekerja yang sudah mengabdikan hidupnya buat perusahaan penyumbang 30 persen gula nasional itu. Oleh perusahaan yang menaungi, mereka mendapat penghargaan yang setimpal pada anak-anak mereka, yaitu Beasiswa dan jaminan bekerja yang berbentuk `Ikatan Dinas' jika telah menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi pada perusahaan SGC.

Untuk mencapai lokasi sekolah bagi anak karyawan dan buruh PT SGC itu, dari Bandar Lampung ditempuh dengan waktu kurang lebih 3,5 jam. Sebelum sampai ke sekolah ini kita akan melalui hamparan kebun tebu yang luasnya ribuan hektar.

Saat tiba dilokasi sekolah, dari bagian depan kita pasti menganggap bangunan sekolah itu lebih mirip kantor berlantai dua dengan desain minimalis, mewah dan asri.

Kesan mewah mulai terasa ketika kru Tribunlampung mulai masuk ke bagian depan bangunan sekolah. Di bagian depan, terdapat ruang tamu khusus, yang biasa dipakai untuk menyambut tamu-tamu dalam jumlah yang terbatas. Fasilitas yang dimiliki pun cukup lengkap. Dilingkungan sekolah ini juga ada Free Hot Spot area.

Maximianus Hantari, guru mata pelajaran ekonomi yang telah mengajar selama enam tahun di SMA SGC menuturkan, meski bertaraf internasional namun kurikulum yang diterapkan tetap mengacu pada kurikulum nasional.

"Diluar jam sekolah, biasanya diberikan jam tambahan. Ada pelajaran tambahan muatan lokal, sepeti infention and tinking skill untuk siswa SMA. Disini tidak ada kelas pintar, tes dilakukan sesuai dengan karakter anak," ujarnya.

Setiap harinya, setiap siswa khususnya SMP dan SMA yang bersekolah di SGC diwajibkan membiasakan diri menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa percakapan sehari-hari di sekolah.

Konon katanya, jika ada siswa yang ketahuan tidak menggunakan bahasa inggris ketika bercakap dengan temannya saat masuk di areal sekolah, akan di kenai sanksi oleh guru piket.

"Bahasa inggris bukan utama, tapi menjadi hak bagi setiap siswa tanpa meninggalkan bahasa indonesia," ujar Maximianus Hantari.

Di sekolah itu, setiap siswa memang dituntut untuk biasa hidup displin. Saat masuk dan keluar kelas pun, mereka diajarkan untuk tetap tertib.

Bahkan, di depan setiap ruang kelas, disediakan locker-locker untuk siswa menyimpan barang-barang pribadi mereka. Disetiap locker pun tertera nama siswa yang menyimpan barang didalamnya. Itu dilakukan dengan maksud setiap siswa tidak kebingungan saat hendak ambil barang di locker masing-masing.

Fasilitas diberikan kepada para siswa di sekolah itu memang cukup lengkap. Oleh pihak sekolah, mereka diberi seragam lengkap, mulai dari topi sampai sepatu.

Tidak hanya itu, pihak perusahaan pun menyiapkan transportasi untuk antar jemput setiap siswa dari tempat tinggal mereka hingga ke sekolah maupun sebaliknya.

Setiap harinya, para siswa yang bersekolah di SGC juga diberi jatah makan oleh perusahan sebanyak empat kali dalam sehari secara gratis.

"Dua kali Coffe Break pada pukul 09.10 wib dan 15.30 wib, Lunch atau makan siang pada pukul 12.00 wib, terakhir Dinner atau makan malam pada pukul 19.00 wib. Khusus untuk biaya operasional sekolah buat para siswa dan staff pengajar, dianggarkan Rp.500 juta per bulan," jelas Maximianus Hantari, salah satu staf guru di SMA SGC.

Para siswa makan di ruang Aula, yang bisa merangkap kafetaria dan ruang serba guna untuk beragam aktivitas, misalnya buat seminar dan ceramah umum. Kafetaria ini bisa menampung 500 siswa sekaligus. Menu makanannya selalu diganti setiap waktunya, dan khusus untuk dapurnya dipimpin oleh seorang ahli tata boga. Semuanya serba tertata secara rapi. Selain kafetaria, ada juga studio music, ruang tari , ruang laboratorium dan fasilitas olah raga yang lengkap.

Bagi siswa berprestasi, pihak perusahaan juga memberi beasiswa untuk kuliah di tiga universitas negeri bergengsi di Tanah Air, diantaranya Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gajah Mada. Namun, beasiswa ini diberikan dengan ikatan dinas, yang diikat dengan Perjanjian secara tertulis. Syarat yang diberikan kepada para siswa yang akan memperoleh beasiswa ini pun lumayan ketat. Selama mendapat bea siswa, ada ketentuan masa tempuh kuliah yang harus diselesaikan, seluruh biaya perkuliahan, buku-buku, pemondokan, makan maupun biaya kesehatan ditanggung penuh oleh Perusahaan.

Ada ikatan dinas selama 13 tahun jika sudah selesai kuliah pada perusahaan, apabila sebelum 13 tahun keluar, maka siswa yang bersangkutan harus mengganti biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama masa perkuliahan. (endra zulkarnain)

Akses lampung.tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat lampung.tribunnews.com/m


Anda sedang membaca artikel tentang

Sejuk dan Hamparan Tebu saat Masuki SGC

Dengan url

http://lampungposting.blogspot.com/2012/12/sejuk-dan-hamparan-tebu-saat-masuki-sgc.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Sejuk dan Hamparan Tebu saat Masuki SGC

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Sejuk dan Hamparan Tebu saat Masuki SGC

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger