Tribun Lampung - Rabu, 31 Oktober 2012 10:11 WIB
TRIBUNLAMPUNG.co.id BANDAR LAMPUNG - Pesatnya pertumbuhan hotel berbintang, namun cenderung terkonsentrasi di wilayah Kota Bandar Lampung, dikhawatirkan dapat berdampak negatif terhadap perkembangan bisnis penyewaan kamar itu sendiri.
Pasalnya, kecenderungan tersebut semakin membuka kemungkinan jebloknya tingkat okupasi kamar di banyak hotel. Karena itu, sejumlah wilayah lain harus bersiap untuk menjadi alternatif bagi investasi dan pembangunan kawasan baru perhotelan di Lampung.
"Jika terlalu banyak hotel, maka okupasi kamar per hotel akan turun, tentu ini merugikan. Agar hal itu tidak terjadi, maka keberadaan hotel harus merata, tidak hanya tumbuh di satu wilayah," kata Business Development Manager Hotel Sheraton Lampung Refizon Chaniago kepada Tribun, Selasa (30/10).
Menurut Refizon, untuk saat ini setidaknya ada dua wilayah yang dinilai mampu menjadi alternatif kawasan baru bisnis perhotelan. Kedua daerah ialah Metro dan Bandar Jaya, Lampung Tengah.
Metro, potensial menarik perhatian investor hotel karena sudah memiliki kelengkapan infrastruktur umum yang memadai. Apalagi, kota tersebut cenderung dekat dari kawasan perdagangan dan industri di daerah lain karena jalur transportasinya yang terkoneksi.
"Bandar Jaya juga memiliki karakter yang relatif sama, dekat dengan pusat investasi sektor lain, terutama perkebunan. Karena itu, Metro atau Bandar Jaya bisa menjadi alternatif bagi bisnis perhotelan yang pangsa pasarnya pebisnis seperti di Bandar Lampung," tuturnya.
Selain dekat dengan pusat industri dan perdagangan, Refizon menilai, kedua daerah masih memiliki lahan yang luas untuk dibangun kawasan perhotelan bila dibandingkan dengan Bandar Lampung.
Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dody Gunawan Yusuf menerangkan, ketersediaan hotel di Metro dan Bandar Jaya sampai Juni 2012, terbilang sedikit. Itupun tidak ada yang berkategori bintang.
"Jumlah hotel di Kota Metro sejak tahun 2010 sampai sekarang masih sama, yakni sembilan unit. Sementara di Lamteng pada tahun 2012 ada 12 unit, hanya bertambah satu unit sejak 2010," terangnya.
Sudah Sesak
Di sisi lain, keberadaan hotel di Bandar Lampung sudah terbilang sesak, karena hingga pertengahan tahun ini saja sudah berjumlah 69 unit. Rinciannya, ada 44 hotel melati, 2 hotel bintang satu, 3 hotel bintang tiga, 2 hotel bintang empat, 1 bintang lima, 1 pondok wisata, dan 15 jasa akomodasi lain yang tersebar di 12 kecamatan.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Lampung Friandi Indrawan mengatakan, kabupaten/kota lain yang dekat atau memiliki pusat industri serta perdagangan memiliki peluang menjadi kawasan baru bisnis perhotelan.
"Karena di luar biaya lahan, nilai investasi hotel berbintang dengan kapasitas 60 kamar berikut fasilitas lain seperti restoran dan meeting room, bisa mencapai Rp 12 miliar. Satu kamar bernilai Rp 200 juta," terang Friandi.
Meski inivestasinya terbilang besar, ia meyakini, para investor tidak akan merugi. Sebab, dengan semakin tingginya aktivitas industri maupun bisnis lain di banyak kabupaten/kota, tingkat hunian hotel di setiap daerah akan ikut beranjak naik.
Investasi hotel berbintang di Bandar Lampung menunjukkan peningkatan. Dalam catatan Pemkot Bandar Lampung, tiga hotel berbintang tengah mengurus perizinan pembangunannya tahun ini.
Di luar itu, sekitar empat pengusaha hotel lainnya saat ini sedang melakukan penjajakan untuk membangun hotel berbintang. Apabila terealisasi, jumlah hotel berbintang baru hampir menyamai jumlah hotel berbintang yang telah ada saat ini. PHRI Lampung mencatat, jumlah hotel berbintang yang telah berdiri di Bandar Lampung sebanyak sembilan unit dengan ketersediaan 1.252 kamar.(Tribun Lampung Cetak)
Akses lampung.tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat lampung.tribunnews.com/m
